Jumat, Juni 19

SAKIT DALAM KENANGAN


Sesaat lalu kamu masih dalam pelukanku. Kini entah dimana engkau berada. Aku hanya bisa mematung-membisu. Menahan pedih luka di dadaku. Riuh-rendah manusia seakan hanya dentuman desah dalam gemuruh di dada. Segala cahaya di mataku berubah menjadi kegelapan, hingga warna-warni kehidupan menjadi tiada lagi berarti. Segala suara di telingaku berubah menjadi kebisuan, hingga hingar bingar kegaduhan sekitar tiada lagi mempengaruhinya. Segala rasa bagiku telah menjadi tawar, hingga sentuhan apapun tiada lagi menarik hati.

Aku hanya mematung disini. Segala ruang dan hati tiada kuhitung lagi, bahkan hidup atau mati tiada kuambil peduli. Di tengah udara yang teramat panas, wajahku justru memucat dan keringat yang mengalir di punggungku terasa betapa dinginnya, seakan gumpalan es yang disisipkan. Gigiku gemertak, entah oleh gelisah, amarah, kecewa atau entah apa namanya. Apakah ini langkah awal menuju kegialaan?? Aku tersenyum getir. Syukurlah kalau memang begitu. Karena kubayangkan setidaknya sebagai orang gila, daya tahanku menghadapi segala persoalan akan lebih memiliki kemantapan.

Pikiranku, hatiku, pertimbanganku, semuanya bertarung mengajukan tawaran. Aku pun kebingungan, dan rasa bingung itu....rasa bingung itu....menjelma menjadi perih yang tiada tertanggungkan. Kala aku sadar KAU TIDAK LAGI ADA DISISIKU... Agh,sebelah pisau tajam terasa ditusukkan, ditancamkan ke dada. Rasa nyeri itu..entah bagaimana menjelaskannya. Bahkan sekedar untuk bersimpuh, rasanya tak lagi aku mampu.

Apapun telah dan akan kulakukan untukmu. Segalanya telah dan akan kuberikan untukmu. Engkau tau dan aku pun tau, apapun yang ada padaku, tak akan ku tahan kalau engkau yang meminta dariku. Engkau tau dan aku pun tau, bagiku selain dirimu hanyalah debu. Engkau tahu dan akupun tau, tiada lagi yang kupikirkan dan kulakukan, selain tentangmu dan untukmu.

Namun.. mengapa ini yang harus terjadi ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar