Jumat, Juni 19

pap.. i really miss you.

07.06.2005 – 07.06.2009
4 tahun tanpa PAPA.


Papaku meninggal pas aku kelas 1 SMA. Papa meninggal karena serangan jantung. Aku ngerasa ada sesuatu yang hilang. Aku ngerasa keluargaku enggak lengkap tanpa kehadiran papa ! sedih, hampa... Apalagi kalo lebaran ! Waaaa...

Kalo ngeliat temen-temenku diantar papanya kemana-mana juga kadang aku suka iri. Coba kalo papa masih hidup, pasti aku juga bisa ngerasain dimanja papa.
Tapi, apapun yang aku rasakan, papa kan enggak akan balik lagi. Jadi mau gag mau aku harus realistis. Yang bisa ku lakukan cuma berdoa supaya papa tenang di ‘sana’. Dan, aku yakin papa pasti akan tenang...

Selain berdoa buat papa, cara lain yang ku lakukan kala mulai sedih memikirkan ketiadaan papa ditengah-tengah keluarga adalah bersyukur uda punya mama seperti mamaku. Setelah papa meninggal, aku tau banget kalo hidup mama sangat berat. Dia mulai mati-matian membagi waktu antara mengurus usahanya dan mengurus anaknya. Mamaku benar-benar wanita hebat !

Hidup dalam keluarga enggak lengkap emang kurang asoy. Tapi, hidup dalam keluarga yang lengkap juga belum tentu sempurna kan? Yang namanya hidup pasti ada pasang surutnya, terlepas dari apakah keluarga kita lengkap atau tidak.

Segalanya emang terasa sedikit lebih berat ketika kita cuman dibesarkan oleh satu orang tua saja. Semua bikin batin menjerit..
Rasa kehilangan, rasa iri..... sedih, kecewa, hampa.. semua campur aduk jadi satu !

Aku jadi lebih cepat dewasa, pergumulan batin dan kesulitan hidup telah menempa mental dan pikiranku, hingga aku merasa terbiasa melangkah satu step lebih dulu dari teman-temanku. Rasa tanggung jawab sama orang tua semata wayang juga terasa lebih besar. Aku juga ngerasa lebih fight dalam menghadapi berbagai masalah dan dalam mendapatkan apa yang aku inginkan.

Faktor ketidaklengkapan keluarga PASTI akan jadi motivasi untuk mendapatkan kesempurnaan dalam hal lain.
Selamat jalan papa, doaku selalu menyertaimu..
Aku tau pasti kalo papa selalu ada disebelah ayudh, selalu melindungi ayudh meskipun ayudh sekarang uda gag bisa ngelihat papa lagi.
Luv you pap..

SAKIT DALAM KENANGAN


Sesaat lalu kamu masih dalam pelukanku. Kini entah dimana engkau berada. Aku hanya bisa mematung-membisu. Menahan pedih luka di dadaku. Riuh-rendah manusia seakan hanya dentuman desah dalam gemuruh di dada. Segala cahaya di mataku berubah menjadi kegelapan, hingga warna-warni kehidupan menjadi tiada lagi berarti. Segala suara di telingaku berubah menjadi kebisuan, hingga hingar bingar kegaduhan sekitar tiada lagi mempengaruhinya. Segala rasa bagiku telah menjadi tawar, hingga sentuhan apapun tiada lagi menarik hati.

Aku hanya mematung disini. Segala ruang dan hati tiada kuhitung lagi, bahkan hidup atau mati tiada kuambil peduli. Di tengah udara yang teramat panas, wajahku justru memucat dan keringat yang mengalir di punggungku terasa betapa dinginnya, seakan gumpalan es yang disisipkan. Gigiku gemertak, entah oleh gelisah, amarah, kecewa atau entah apa namanya. Apakah ini langkah awal menuju kegialaan?? Aku tersenyum getir. Syukurlah kalau memang begitu. Karena kubayangkan setidaknya sebagai orang gila, daya tahanku menghadapi segala persoalan akan lebih memiliki kemantapan.

Pikiranku, hatiku, pertimbanganku, semuanya bertarung mengajukan tawaran. Aku pun kebingungan, dan rasa bingung itu....rasa bingung itu....menjelma menjadi perih yang tiada tertanggungkan. Kala aku sadar KAU TIDAK LAGI ADA DISISIKU... Agh,sebelah pisau tajam terasa ditusukkan, ditancamkan ke dada. Rasa nyeri itu..entah bagaimana menjelaskannya. Bahkan sekedar untuk bersimpuh, rasanya tak lagi aku mampu.

Apapun telah dan akan kulakukan untukmu. Segalanya telah dan akan kuberikan untukmu. Engkau tau dan aku pun tau, apapun yang ada padaku, tak akan ku tahan kalau engkau yang meminta dariku. Engkau tau dan aku pun tau, bagiku selain dirimu hanyalah debu. Engkau tahu dan akupun tau, tiada lagi yang kupikirkan dan kulakukan, selain tentangmu dan untukmu.

Namun.. mengapa ini yang harus terjadi ??