Sabtu, Mei 9

ada awal ada akhir, semoga menjadi akhir yang indah…


Meski kita punya jalan sendiri-sendiri dan bahkan seakan gak saling peduli. Bagai 8 mata angin yang punya arahnya sendiri, yang gak akan mungkin saling bertemu dengan arah mata angin yang lain. Tapi kita pernah disatukan, 8 mata angin itu dulu pernah bertemu, meski butuh pengorbanan. Kalau tidak mengalami sendiri, sampai saat ini mungkin akan sulit untuk dipercaya. Tapi ingat! Kita ber-8 sudah pernah melalui masa itu, penuh luka, penuh duka, ada suka, ada cerita, bahkan tetesan air mata. Yah… Meski cuma sebentar, itu sudah menjadi goresan kenangan yang bakal sulit dilupa.


Kalaupun memang benar kita adalah 8 arah mata angin itu. Tak ingin tak peduli satu sama lain. Berjalan dengan arahnya sendiri. Tak ingin suatu saat kita semakin menjauh, seperti sudut-sudut mata angin. Sama halnya pula dengan arah sang mata angin, yang saling berlawanan, bertolak belakang, tak ada yang mau mengalah, memang kita semua punya cara pandang yang berbeda, kita masing-masing mempunyai prinsip-prinsip yang telah menjadi panutan dalam langkah. Tapi tolong… janganlah itu semua menjadikan kita tidak saling peduli. Karena kalau mau kita telusuri lebih jauh lagi, kita mempunyai satu titik temu yang sama. Karena kita berawal dari titik yang sama. Pusat mata angin. Dimana tempat kita itulah awal kita melangkah.

Tak apa kita berjalan sendiri. Tak apa ketika kita saling jauh. Karena kita adalah satu mata angin, 8 dalam satu. Yang mana ketika satu arah yang hilang, maka bukan lagi menjadi mata angin. Andai saja kita sudah saling tak peduli, biarkan angin membawa kita kearah yang lain.